Minggu, 12 April 2009

PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA DAN HIV/AIDS PADA KALANGAN REMAJA

PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL
TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA DAN HIV/AIDS PADA KALANGAN REMAJA

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa kita adalah bangsa yang besar, bangsa yang mayoritas penduduknya adalah generasi muda. Generasi muda adalah amanat ibu pertiwi, yang harus disayang, dijaga dan dikasihi. Merekalah yang kelak akan meneruskan cita-cita luhur bangsa ini, juga penerus perjuangan para pahlawan yang telah menitipkan amanah kemerdekaan ini kepada setiap anak bangsa.
Namun sayang, melihat kondisi remaja kita sekarang ini sangatlah memprihatinkan, karena narkoba seolah sudah menjadi sarapan pagi, sek bebas bukan lagi hal yang tabu, bahkan agama sekalipun hanya dianggap barang kuno yang harus dimusiumkan. Ironis memang. Masa remaja adalah masa yang paling hebat, betapa tidak. Badan masih sehat, tenaga masih kuat, pikiran masih cerdas, kulit indah mengkilat, meskipun setikit terdapat jerawat. Namun demikian yang kita sayangkan kehebatan yang seharusnya diaplikasikan dengan nilai kemaslahatan justru mengarah pada kemudoratan.
Siapa yang peduli terhadap keadaan memprihatinkan ini? Jawabnya adalah kita semua, putra dan putri bagsa ini.
Mencermati perkembangan sek bebas, peredaran dan penyalahgunaan obat-obat berbahaya (narkoba) akhir-akhir ini, sungguh kita dihadapi kekhawatiran yang mendalam, bahwa sek bebas dan narkoba telah mengancam langsung masa depan generasi bangsa kita. Mungkin sampai hari ini kita dan anak-anak kita selamat dari kecanduan narkoba, tetapi tanpa pencegahan yang benar-benar serius, ancaman itu bisa berlanjut kepada cucu-cucu kita.
Seks bebas bukan hanya terjadi ditempat protitusi, narkoba telah merambah kemana-mana bukan hanya tempat-tempat hiburan malam, tetapi sudah kedaerah pemukiman, kampus rumah kontrakan bahkan sekolah-sekolah. Tidak dinafikkan bahwa keadaan ini sungguh memilukan hati kita.
Tidak kurang setiap tahun ada sekitar 15.000 orang pemuda negri ini meninggal dunia secara sia-sia karena memakai narkoba, dan empat jutaan lainnya terkontaminasi narkoba sehingga perlu adanya penanganan yang serius (www.bnn.go.id).
Memprihatinkan memang generasi muda yang seharusnya menjadi kekuatan potensial negri ini tanpa disadari mulai digerogoti. Angka kasus penyalagunaan narkoba, misalnya, didominasi kalangan pelajar sebesar 15.101 orang. Hal itu dapat dirinci berasal dari kalangan siswa SMP mencapai 4.012 orang SMA sebanyak 11.089 orang (Data BNN, 20006).
Narkoba dan sek bebas telah menjadi masalah pelik di negeri ini. Korbannya berasal dari berbagai kalangan, tak terkecuali para pejabat publik (PNS) dan sebagian besar adalah anak muda kita. Jelas bahwa penyalahgunaan narkoba berdampak buruk dari segi apa pun. Pecandunya akan mengalami psiko-sosial dissorder. Berbagai studi di sejumlah negara menunjukan bahwa penyalahgunaan narkoba berkaitan dengan peristiwa kecelakaan lalu lintas dan tindak kejahatan, bahkan dewasa ini, penggunaan jarum suntik narkoba menjadi transmisi penularan PMS, HIV, hepoatitis C yang sangat efektif. Di Indonesia, kasus HIV/AIDS melalui transmisi narkoba suntikan meningkat secara drastis. Apabila tahun 2001 angka kasus infeksi HIV yang melalui narkoba suntikan sebesar 1%, maka pada tahun 2001 menjadi 19%, dan terus meningkat sekitar 40-60% pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007).
Seks bebas dan penyalahgunaan narkoba pada generasi muda kita sudah mencapai titik puncak yang sangat mencemaskan. Fenomena ini tidak bisa dibiarkan, dan akan mengancam masa depan mereka juga merupakan awal kehancuran bangsa dan negara. Dekadensi moral ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk membenahinya.
Disinilah pentingnya komunikasi, dengan interaksi antarpersonal kita selamatkan generasi muda dari kehancuran, , kita sambung persaudaraan dan kita bina kasih sayang.
Berdasarkan uraian problematika diatas, penulis tertarik untuk turut berpartisipasi dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba dan menghentikan korban HIV/AIDS. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis merumuskan judul ”PENGARUH KOMUNIKASI ANTARPERSONAL TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DAN NARKOBA PADA KALANGAN REMAJA”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana kondisi perkembangan penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS di kalangan remaja?
2) Apa faktor penyebab penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS pada remaja?
3) Bagaimana gejala dan dampak penyalahgunaan narkoba dan sek bebas terhadap prilaku remaja ?
4) Bagaimana langkah pencegahan dan pemulihan penyalahgunaan narkoba pada remaja ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan tersebut, penulis karya ilmiah ini bertujuan untuk :
1) Mengetahui kondisi perkembangan penyalahgunaan narkoba dan penderita HIV/AIDS di kalangan remaja;
2) Mengetahui faktor dan penyebab penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS pada remaja;
3) Mengetahui gejala dan dampak penyalahgunaan narkoba dan hubungan seks bebas terhadap perilaku remaja;
4) Mengetahui solusi pencegahan dan pemulihan penyalahgunaan narkoba pada remaja.

1.3.2 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1) Segi akademis, sebagai bahan pembelajaran, kajian dan referensi dalam pengembangan keilmuan mengenai perilaku remaja dalam lingkungan sosial, peran dan tanggung jawab orang tua serta pola komunikasi yang dapat diterapkan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dan sek bebas yang rawan terserang virus mematika HIV/AIDS pada kalangan remaja.
2) Segi praktis, yaitu pemuda dan remaja khususnya, serta masyarakat pada umumnya, sebagai bahan informasi tentang penyalahgunaan narkoba, dampak dan solusinya, guna meningkatkan kesadaran ancaman bahaya narkoba dan virus mematikan HIV/AIDS.
3) Bagi institusi yang terkait; dalam hal ini pemerintah, para penegak hukum, dan lembaga pendidikan/sekolah dalam upaya peningkatan peran serta pemberantasan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba dan paham betul akan dampak buruk seks bebas.


















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Komunikasi
Menurut literatur Tommi Suprapto (2006:3), komuikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melaui saluran tertentu. Sedangkan Wilbur Schramm (Ashadi, 1987) menyatakan bahwa komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Lebih lengkap lagi Schramm menguraikan pengretian komunikasi sebagai berikut :
”Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu”.

Dari uraian Schramm itu dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commoness); kesepahaman antara sumber (sourc) dengan penerima (audienc-receiver)-nya. Sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.
Menurut Fisher (1986:8), komunikasi merupakan :
”Pendekatan semua aspek kehidupan bermasyarakat, atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh komunikasi. Justru itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubikuitous atau serba hadir. Artinya komunikasi berada dimanapun dan kapanpun juga. Memang komunikasi merupakan sesuatu yang memang serba ada. Setiap orang berkomunikasi. Fenomena komunikasi terdapat dimana saja. Suatu konsekuensi wajar yang sifatnya pasti dari pada kehadirannya dimana saja, sehingga setiap orang menganggap dirinya sebagai ahli komunikasi, baik yang menyangkut permasalahannya maupun pemecahannya”.

Disinailah pentingnya komunikasi, manfaatnya selain sebagai pernyataan eksistensi diri, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan, juga merupakan pembentukan konsep diri.

2.2 Pengertian Komunikasi Antar Personal
Menurut Onong Uchjana effendi (2004:14), dalam proses komunikasi antar personal (interpersonal communication) yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya kepada komunikan, dan komunikan mengawasandi pesan tersebut. Sampai disitu komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi dekoder. Akan tetapi, karena komunikasi antar personal itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan komunikator menjadi decoder. Untuk jelasnya, jika komunikator itu bernama A dan komunikan bernama B, maka selama komunikasi berlangsung antar A dan B itu, akan terjadi penggantian fungsi secara bergiliran sebagai encoder dan decoder.. jika A sedang berbicara, ia menjadi encoder; dan B yang sedang mendengarkan menjadi decoder. Ketika B memberikan tanggapan dan berbicara kepada A, maka kini B menjadi encoder dan A menjadi decoder. Tanggapan B yang disampaikan kepada A itu dinamakan umpan balik atau arus balik (feedback).
Komunikasi memang merupakan hal yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia, bahkan ditengah para pemuda dan remaja dewasa ini komunikasi yang efektif, persuasif, taktis dan dialogis, sangat berpengaruh besar terhadap peranan orang tua dan elemen pendidik dalam membentuk pola pikir generasi muda untuk diarahkan pada hal-hal yang bermanfaat dan bernilai positif.

2.3 Narkoba
2.3.1 Pengertian Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan/zat adiktif lainnya.
Narkotika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan tanaman, bsik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesaaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-undang Nomor 22, tahun 1997, tentang Narkotika).
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika, yang berkhasiat psikosktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. (Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang psikotropika).
Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan yang tidak termasuk kedalam goglongan narkotika atau psikotropika, tetapi menimbulkan ketergantungan, antara lain seperti alkohol, tembakau, sedatif-hipnotika, dan inhalansia.

2.1.2 Macam-macam Narkotika
Macam-macam Narkotika yang sering disalahgunakan, antara lain :
1) Yang tergolong narkotika :
a) Heroin /Putau
b) Morfin
c) Ganja (mariyuana, hashis, cannabis)
d) Kokain
2) Yang tergolong psikotropika :
a) Ampetamine (shabu)
b) ATS (ecstasy)
c) Obat penenang (obat tidur, pil koplo,BK, Nipam, Valium, lekotan,dll)
3) Yang tergolong zat/bahan adiktif :
a) Alkohol
b) Kafein, caffeine
c) Nicotine
d) Zat sedatif (penenang) dan hipnotika
e) Halusinogen (zat yang menimbulkan halusinasi)
f) Inhalansia (zat yang disedot melalui hidung, seperti : Lem Aica Aibon,
Thiner, Bensin, Spritus, dll).

2.1.3 Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan (abuse) adalah penyalahgunaan narkoba diluar tujuan pengobatan dan tanpa pengawasan dokter, penggunaan narkoba secara melawan hukum (BNN, 2004:6).
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang kian meningkat dari taraf coba-coba ketaraf penggunaan untuk hiburan, penggunaan situasional, penggunaan teratur, sampai pada ketergantungan. Memasuki taraf coba-coba, merupakan awal terseret kedada taraf ketergantungan oleh karena sifat narkoba yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan yang tinggi.
2.2 HIV/AIDS
2.2.1 Pengertian HIV/AIDS
AIDS merupakan akronim dalam bahasa Inggris dari Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (sindrom defisiensi imun dapatan). Nama virusnya sendiri, yaitu HIV, merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus (virus defisiensi imun manusia atau virus penurun kekebalan manusia) (KPA, 2007:1).
Jika seseorang positif HIV, ini berarti mereka terinfeksi virus tersebut. Seseorang yang terinfeksi dengan HIV tidak mempunyai AIDS selama virus tersebut secara serius merusak sistem kekebalan, membuat mereka lemah dan mudah terserang infeksi, sebagian besar menyebabkan kematian. HIV ditularkan melalui cairan tubuh kebanyakan dalam darah, sperma, cairan vegina dan ASI. (www.unaid.org).
Berdasarkan teori diatas bahwa AIDS adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Virus penyebab AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus) Penderita AIDS yang meninggal, bukan semata-mata disebabkan oleh virus AIDS, tetapi juga oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa ditolak, seandainya sistem kekebalan tubuh tidak rusak oleh virus AIDS.
Menurut UNAID (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) :
Sejak pertama kali ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. s/d akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak. Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 40 tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.

















BAB III
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Metodologi Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis metode deskriptif.
Menurut Surakhmad (1998:139) metode deskriptif adalah suatu cara yang bertujuan untuk menguraikan karakteristik kejadian masa tertentu dan sekarang.

3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini dilakukan melalui keputakaan (buku, arsip BNN, BNK, dan media Internet) mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan penyalahgunaan narkoba.
Sumber data penulisan merupakan tempat terdapatnya data yang akan dikumpulkan atau diteliti. Sumber data dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
1) Arsip Badan Narkotika Nasional (BNN) republik Indonesia.
2) Arsip Badan Narkotika Provinsi Banten (BNP) Banten.
3) Buku-buku yang berkaitan dengan Ilmu komunikasi dan Narkoba.
4) Media Internet.

3.3 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalis data adalah analisis dokumen atau kajian pustaka. Dengan menggunakan teknik ini, pengaruh komunikasi intra personal terhada penyalahgunaan narkoba dan penderita HIV/AIDS dideskripsikan berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian.






















BAB IV
ANALISIS

4.1 Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja
Dari sudut usia, remaja adalah pemuda atau pemudi yang usianya mencapai 16-29 tahun. Dalam usia tersebut mereka rata-rata sudah mendekati pola sikap orang dewasa, walaupun dari sudut pandang perkembangan mental belum sepenuhnya. Dari itu, jelas para remaja pada esensinya berada dimasa trasisional, keremajaan mereka hanya merupakan gejala sosial yang bersifat sementara. Mereka berada diantara anak-anak dan dewasa. Para psikolog mengatakan bahwa remaja dalam masa itu biasanya memilki gejolak yang sangat besar untuk mencari identitasnya (self identity). Bagaimana mereka bisa dianggap orang dewasa oleh anak-anak dan tidak dianggap anak kecil oleh oarang dewasa sebagaimana image yang beredar dewasa ini. Kebingungan dan hasrat untuk selalu berubah akan rentan menghantui fikiran mereka. Pikiran dan pemikirannya kacau tidak tentu arah. Akibatnya, mereka tidak selektif dalam memilih sesuatu yang mereka temui, termasuk menjadi penyalahguna narkoba.
Penyalahgunaan narkoba disebabkan bukan karena faktor tunggal, melainkan oleh kombinasi beberapa faktor, baik faktor individu, faktor lingkungan maupun faktor narkoba itu sendiri.
1) Faktor individu
a) Remaja masih memiliki jiwa yang labil dan masih mencari jati diri, sehingga mudah dipengaruhi dan ikut-ikutan teman.
b) Keimanan dan ketakwaan yang lemah.
c) Remaja suka mencoba hal-hal yang baru, termasuk yang membahayakan dirinya.
d) Keinginan untuk diterima dalam lingkungan tertentu.
e) Merasa tidak mendapat perhatian, tidak diterima atau tidak disayangi, dalam lingkungan keluarga atau dalam lingkungan pergaulan.
f) Mengindap kecanduan merokok dan atau minum-minuman keras, kedua kecanduan ini merupakan ”gerbang” kearah penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba.

2) Faktor lingkungan
a) Hubungan tidak harmonis dengan orang tua.
b) Lingkungan keluarga dan atau lingkungan pergaulan rawan narkoba.
c) Kurangnya kontrol dari orang tua dan keluarga.
d) Tekanan kelompok sebaya dan pengaruh media.

3) Faktor narkoba itu sendiri.
a) Sifat dan khasiat narkoba yang dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan fisik dan psikis.
b) Ketersediaan dan keterjaukauan narkoba (mudah didapat).

4.2 Kondisi Perkembangan Penderita HIV/AIDS
Berdasarkan data dari Komisi penanggulangan AIDS (KPA) Kondisi perkembangan penderita HIV/AIDS akhir-akhir ini sungguh memprihatinkan dan penyalahgunaan narkoba dewasa ini sudah sangat serius dilihat dari jumlah proporsi pengindapnya, jenis dan jumlah narkoba yang disalahgunakan dan diedarkan secara gelap. Sedemikian dasyatnya berkembang. Tercatat situasi HIV/AIDS dari tahun 1987 hingga tahun 2006 dalam kurun waktu 9 tahun yang semula meningkat berlahan-lahan, namun sejak tahun 2000 peningkatannya sangat tajam.
Tahun 1987 hingga 2002, tahun pertama periode ini peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS masih rendah. Pada akhir 1997 jumlah kasus AIDS kumulatif 153 dan HIV positif baru 486 orang yang diperoleh dari serosurvei didaerah sentinel. Penularan 70 % melalui hubungan seksual beresiko. Pada akhir abat ke 20 terliahat kenaikan yang sangat berarti dari jumlah kasus AIDS dan di beberapa daerah pada sub-populasi tertentu, angka prevalensi sudah mencapai 5 %, sehingga sejak itu Indonesia dimasukkan kedalam kelompok negara dengan epidemi terkonsentrasi. Jumlah kasus AIDS pada tahun 2002 mejadi 1016 kasus dan HIV positif 2552 kasus. Jumlah ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan estimasi Departemen kesehatan bahwa pada tahun 2002 terdapat 90.000 – 120.000 kasus. Peningkatan yang cukup tajam disebabkan penularan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril di sub-populasi pengguna napza suntik (penasun) meningkat pesat sementara penularan melalui hubungan seksual beresiko tetap berlangsung.
Sejak awal abat ke 21 peningkatan jumlah kasus semakin mencemaskan. Pada akhir tahun 2003 bertambah 355 kasus sehingga berjumlah 1371 kasus, HIV positif menjadi 2720kasus. Pada akhir tahun 2003 25 provinsi telah melaporkan adanya kasus AIDS. Penularan di sub-populasi penasun meningkat menjadi 26,26%. Akhir Desember 2004 berjumlah 2682 kasus. Pada akhir desember 2005 naik hampir dua kali lipat mejadi 5321 kasus dan pada akhir Desember 2006 sudah menjadi 6871 kasus dan dilaporkan oleh 32 dari 33 provinsi. Sementara estimasi tahun 2006, jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan 169.000 – 216 orang. Data hasil surveilans sentinel Departemen kesehatan menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi dikalangan penjaja seks (PS) tertinggi 22,8% dan dikalangan penasun 48% dan pada penghuni lembaga permasyarakatan (Lapas) sebesar 68%.
Distibusi umur penderita AIDS pada tahun 2006 memperlihatkan tingginya persentase jumlah usia muda dan umlah usia anak. Penderita dari golongan umur 20-29 tahun mencapai 54,77%, dan digabung dengan golongan 49 tahun, maka angka menjadi 89,37%. Sementara persentase anak 5 tahun kebawah mencapai 1,22%. Dan pada tahun 2006 sebanyak 4360 anak tertular HIV dan separuhnya telah meninggal.
Terdapat beberapa faktor penyebaran dan penularan virus HIV/AIDS.
1) Faktor penularan
a) 75-85 % Penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10 % diantaranya melalui hubungan homoseksual).
b) 5-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik).
c) 3-5 % melalui transfusi darah yang tercemar.
d) 90 % infeksi pada bayi dan anak terjadi dari Ibu yang mengidap HIV.
e) 25-35 % bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV.
2) Faktor lingkungan
a) Hubungan tidak harmonis dengan orang tua.
b) Tekanan kelompok sebaya untuk melakukan seks bebas.
c) Kurangnya kontrol orang tua terhadap pergaulan anak.
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Komunikasi Antar Parsonal
Seperti kita ketahui bahwa masalah penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS bukan semata-mata masalah kesehatan tetapi mempunyai implikasi politik, sosial, agama dan hukum. Bahkan bila tidak dilakukan penanganannya dengan sungguh-sungguh maka dampaknya secara nyata, dapat menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia dan pada akhirnya hal ini akan mengancam upaya bangsa untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis, ingin berbagi solusi dengan para pembaca. Meskipun berat bagi kita untuk menghentikan penyalahgunaan narkoba dan penderita virus HIV/AIDS yang kian berkembang, namun paling tidak kita dapat meminimalisir laju pertumbuhannya. Salah satu usaha dalam upaya tersebut adalah melalui pendekatan komunikasi, yaitu komunikasi antar personal.
Relevansinya sangat berpengaruh signifikan, D. Lawrence (1981:62) megatakan bahwa :
”Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.

Lawrence mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang yang ikut serta dalam komunikasi.
Sesuai dengan posisi dan profesi masing-masing, dengan pola komunikasi intra personal melalui pendekatan kepada para remaja dan putra-putri kita, kita telah turut berpartisipasi dalam meminimalisir penyalahgunaan narkoba dan bertambahnya penderita HIV/AIDS. Dimulai dengan terobosan yang sederhana, yaitu saling menasihatkan dan mengingatkan, namun dampaknya akan dasyat dan membanggakan, secara ekplisit, metode komunikasi intra personal dapat dijalankan dengan pendekatan-pendekatan berikut ini :
Memulainya dari sekup yang terkecil, yaitu keluarga sendiri, ciptakan hubungan yang harmonis dalam rumah tangga, beri perhatian yang cukup terhadap anak-anak, arahkan pola fikir mereka kepada hal-hal positif yang bermanfaat, curahkan kasih sayang dan tanamkan kehidupan yang religius.
5.2 Konseptualisasi Diri
Deddy Mulyana (2005:11) mengatakan :
”proses konseptualisasi diri ini berlangsung sepanjang hayat kita. Sejak kanak-kanak kita sering berfantasi, mengenai diri yang kita inginkan, atau citra-diri yang kita tunjukkn pada orang lain. Sering konsep-diri, atau citra-diri ini berubah-ubah, khususnya pada masa pertumbuhan. Konsep diri kita itu tidak pernah terisolasi, melainkan bergantung pada reaksi dan respons orang lain. Dalam masa pertumbuhan konsep-diri itu kita sering mengujinya, baik secara sadar ataupun tidak”.

Disini penulis memberikan strategi alternatif , bagaimana langkah pencegahan dan pemulihan penyalahgunaan narkoba dan anatisipasi virus HIV/AIDS pada remaja melalui komunikasi antar personal. Adapun strategi alternatif tersebut terintervensi dalam tiga tingkat, yaitu :
1) Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba dan seks bebas, pendekatan melelui keluarga, dan penanaman nilai-nilai agama. Instansi pemerintah, seperti halnya BNN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. Kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi yang ditujukan kepada remaja dan keluarga.
2) Sekunder, pada saat penggunaan narkoba sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi : fase penerimaan awal (initialintake) antara 1 – 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan fase detoksifikasi dan trapi komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu melakukan pengurangan ketergantungan bahan adiktif secara bertahap. Terhadap pendrita HIV/AIDS, terus berikan motifasi dan perhatian yang lebih, tunjukkan kasih sayang dan perbanyak interaksi.
3) Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dalam proses penyembuhan. Tahap ini terdiri dari fase stabilisasi, antara 3 – 12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali kemasyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang berguna dimasyaraat. Tahap ini berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.
Penyembuha ketergantungan NFZA sulit. Oleh karena itu, pencegahan melalui upaya promotif dan pereventif menjadi sangat penting, tujuan upaya promotf, preventif dan edukatif pada penyalahguna zat adalah pengaruh kebutuhan atau permintaan (demamd reducation).
Preventif penting bagi remaja yang beresiko tinggi (calon pengguna). Upaya yang dipandang paling efektif untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba, dan antisifasi virus HIV/AIDS pada kalangan remaja adalah melalui pendidikan dan mencagah sebelum terjadi. Upaya prevebtif juga perlu memperhatikan apa yang disebut gateway seperti rokok, ganja,dan alkohol yang terlebih dahulu digunakan sebelum menggunakan obat/zat lain yang lebih berat perlu dicegah.
Sedangkan metode komunikasi intra personal yang digunakan dalam upaya tersebut adalah :
1) Adakanlah persiapan yang seksama sebelum berkomunikasi.
2) Bangkitkanlah perhatian sebelum komunikasi dimulai.
3) Peliharalah kontak pribadi sebelum berkomunikasi.
4) Tunjukkan diri sebagai komunikator terpercaya.
5) Bicarahlah dengan tenang dan tegas, jelas dan meyakinkan.
6) Kemukakanlah fakta dan opini dalam uraian yang sistematis dan logis.
7) Jangan gegabah (emosional) dan memaksakan kehendak.
8) Gunakan pendekatan dengan kasih dan sayang.
9) Aturlah intonasi sehingga menimbulkan gairah.
10) Siapkan ilustrasi dan anekdot.

Melaui komunikasi dengan orang lain, kita dapat memenuhi kebutuhan emosioal dan intelektual kita, dengan memupuk hubunngan yang hangat dengan orang-orang disekitar kita. Tanpa pengasuhan dan pendidikan yang wajar, manusia akan mengalami kemerosotan emosional dan intelektulal. Kebutuhan emosional dan intelektusl itu pertama-tama kita peroleh dari lingkungan keluarga, lalu dari orang-orang dekat disekeliling kita seprti kerabat dan kawan-kawan sebaya, dan barulah dari masyarakat umumnya, termasuk sekolah dan media massa, seperti surat kabar dan televisi. Khususnya dalam lingkungan keluarga, kebutuhan biologis, emosional dan intelektual anak bisa dipenuhi dengan tindakan anggota keluarga lainnya, dan kebutuhan mereka bersama-sama sebagai suatu komunitas juga akan dipenuh oleh komunitas lainnya, begitulah seterusnya. Semua kerjasama untuk mencapai kesejahteraan itu pertama-tama dilakukan lewat komunikasi.
Ilmuan John Loock mengatakan :
”Seorang anak yang dilahirkan, perumpamaan mereka ibarat sebuah meja lilin. Bagaimana goresan yang ada diatasnya tergantung bagaimana lingkungannya”.

Muhammad pemimpin umat islam sentero dunia mengatakan dalam hadis-Nya :
”Semua anak yang dilahirkan ke muka bumi ini, mereka dalam keadaan suci (fitrah). Orang tuanyalah yang menjadikan mereka yahudi, nasrani, atau majusi.

Carl I. Hovland mengatakan :
”Komunikasi adalah proses memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk megubah perilaku orang lain”.

Berbagai peneitian telah membuktikan bahwa kepercayaan dan pengetahuan anak diperoleh dan dibentuk dari apa yang diajarkan yang pertama kalinya diperoleh dari rumah. Selanjutnya pengetahuan inilah yang akan membekali mereka dalam ”melawan” arus masyarakat, pengaruh lingkungannya, pengaruh teman, bacaan, film, atau bintang idola mereka. Bila bekal yang didapatkan dari orang tua tidak cukup mampu melindungi anak dari tantangan, sulit anak dapat bebas dari kesulitan dan keterikatan kepada hal negatif.
Tetapi perlu diingat bahwa, paling gampang menyalahkan pihak lain dan mencari kambing hitam. Sebenarnya papun yang terjadi disekitar kita, bila kita masing-masing mencintai hidup, benar-benar beriman, meyakini adanya Yang Maha Kuasa, serta memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat dan bangsa, maka HIV/AID dan penyalahgunaan narkoba dapat dicegah.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Simpulan
Remaja sebagai kalangan muda emiliki peran dan posisi strategis dalam menentukan masa depan bangsa. Pemuda indinesi tidak saja sebagai pewaris sejarah, bukan hanya sebagai aset sosial, tetapi juga sejarah telah membuktikannya sebagai agen perubahan bangsa dan negara. Oleh karenanya kasus penyalahgunaan narkoba dan penyebaran virus HIV/AIDS yang marak menimpa kalangan remaja patut menjadi keprihatinan kita semua.
Infeksi virus AIDS terutama disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu yang paling berisiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja yang mempunyai perilaku tersebut. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan hanya dimiliki oleh kelompok pekerja seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti misalnya remaja, mahasiswa, eksekutif muda dsb. Jadi yang menjadi masalah disini bukan pada ”kelompok” mana tetapi pada ”perilaku” yang berganti-ganti pasangan.
Penyalahgunaan narkoba dan jenis obat-obatan terlarang lainnya hanya akan membuat penyesalan yang amat dalam bagi kaulamuda. Adapun dampak-dampak negative yang ditimbulkan diantaranya :

Narkotika : merupakan psykotrophik substance yang dapat membelenggu dan merubah jiwa atau mental pemakainya, sehingga tingkah lakunya bisa seperti orang gila,yang linglung tidak dapat mengenali jati dirinya, efek dari pemakaian ganja atau marijuana ialah timbulnya ketergantungan psikis yaitu orang merasa tidak enak, tidak senang, selalu gelisah dan bimbang.
Sedangkan Hard Drag, morfin misalnya, akan menimbulkan ketergantungan fisik, pencandunya akan merasa gelisah,panic, seluruh tubuhnya merasa sakit-sakitan, keringat banyak keluar, dan suka muntah-muantah.
Remaja yang banyak mengkonsumsi,obat-obat terlarang ini, baik itu ,morfine, heroin,ganja, ektasi dan sebagainya, saraf dan jiwanya akan terganggu, pemakainya akan terbuai melayang-layang, suka menghayal melamun panjang, dan seperti orang dungu, bodoh dan lemah cara berfikirnya, serta banyak pengaru-pengaruh negatif lainnya yang akan berakibat fatal dan bisa menyebabkan kematian.
Untuk itu peran orang tua sangat penting dalam perkembangan putra-putrinya. Dengan menggunakan pendekatan komunikasi antar personal. Menanamkan pendidikan agama dan ahlak kepada anak merupakan salah satu cara paling efektif untuk menyelamatkan mereka dari kehancurn dan kesesatan. Menanamkan nilai-nilai akidah dan ahlak sedini mungkin, guna menjadi filter dari pengaruh budaya, ideologi dan slogan-slogan yang menyesatkan yang dapat menjerumuskan remaja pada dekadensi moral dan ideologi yang sesat.

6.2 Saran
Adapun saran-saran penulis dalam karya ilmiah ini adalah.
1) Keluarga merupakan lingkungan pendidikan penting bagi remaja. Peran dan tanggung jawab orang tua dalam bentuk perhatian dan kepedulian berperan besar bagi kehidupan mereka. Perlu dikembangkan program untuk mendidik anak-anak agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja. Salah satunya adalh dengan melakukan pendekatan komunikasi intra personal.
2) Kepada pemerintah dan dinas terkait agar lebih meningkatkan program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba), tidak sekedar ditetapkan sebagai program kebijakan pemerintah tetapi yang jauh lebih penting pelaksanaanya dilapangan.
3) Mengingat bahwa remaja/kaum muda sangat rawan terhadap godaan-godaan. Pejabat/intansi berwenang perlu mengadakan program-program penerangan dan pendidikan terutama di kota-kota besar, guna menumbuhkan kewaspadaan pada kaum muda khususnya dan masyarakat pada umumnya, terhadap bahaya yang timbul dari penyalahgunaan narkoba.
4) Memperkuat peran sektor-sektor lingkungan seperti keluarga, sekolah, masyarakat yang dapat mendukung, dan meningkatkan kesadaran ancaman bahya narkoba dan seks bebas dan megembangkan kepribadian generasi muda.
5) Pentingnya upaya preventif untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba dan bahya virus HIV/AIDS di kalangan remaj yaitu melalui pendidikan dan mencegah sebelum terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Husein dan Bambang Madiono. 2003. Penanggulangan Korban Narkoba: Meningkatkan peran keluarga dan lingkungan. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedoktoran Universitas Indonesia.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2004. Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan narkoba bagi Pemuda.

Badan Narkotika nasional indonesia. 2005. Modul pelatihan Keluarga dan Orang tua Sebagai Fasilitator Penyuluh Pencegahan penyalahgunaan Narkoba.

Cangara, Hafied. Ilmu Komunikasi Dalam Lintas Sejarah dan Filsafat. Karya Anda, Surabaya. 1996.

Dwiloka, bambang. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997.

Mulyana, deddy. 2005. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmad, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, winarno. 1998. Pengantar penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

www.bbn.go.id

www.presidensby.go.id

www.setneg.go.id

www.unesco.org/aids

Tidak ada komentar:

Posting Komentar